Tuesday, September 8, 2015

KERIS JALAK BUDHA




Keris Jalak Buda merupakan keris tertua di dunia. Keris tersebut dibuat di Pulau Jawa sekitar abad ke-6 Masehi. Keris Jalak Buda merupakan keris generasi pertama. Bentuknya sangat sederhana yaitu lurus,  lebar, pendek dan tebal. Gandhiknya polos, pejetannya dangkal,sogokannya rangkap dan tipis, kadang-kadang memakai tingil. Ricikan lainnya tidak ada. Permukaan bilahnya tidak rata, melainkan keropos seperti bopeng. Besinya memiliki kesan nglempung, bagai tanah liat. Keris Jalak Buda diyakini mempunyai tuah yang baik bagi keselamatan.Itu sebabnya keris ini juga dipakai sebagai keris tindih, iaitu sebagai peredam tuah keris lain yang galak,keras,buruk dan mengganggu.


Keris berdhapur Jalak Buda diduga merupakan keris generasi pertama di Nusantara. Keris buatan masa itu disebut keris Buda. Sebagai sebuah budaya, bentuk Keris Jalak Buda masih sederhana. Manun demikian, bahan yang digunakan untuk membuat keris Jalak Buda tersebut merupakan bahan pilihan menurut ukuran zamannya. Selain itu, cara pembuatannya diperkirakan tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan keris yang kita kenal sekarang. Keris Buda hampir tidak berpamor. Seandainya ada pamor pada bilah keris itu, maka pamor itu selalu tergolong pamor tiban, yaitu pamor yang bentuk gambarannya tidak direncanakan oleh Sang Empu.
Kalangan pecinta keris pada umumnya sependapat bahwa Keris Jalak Buda merupakan keris generasi pertama di Indonesia, berarti  juga keris pertama di dunia. Dari segi tuah, bagi mereka yang percaya, semua keris Jalak Buda memiliki tuah yang baik bagi keselamatan. Itulah sebabnya, keris Jalak Buda sering digunakan sebagai Keris Tindih, yakni difungsikan sebagai peredam tuah keris lain yang ‘galak’, ‘keras’, buruk  atau menganggu.
Tidak semua keris nuda berdapur jalak sehingga tidak semua keris yang diperkirakan dibuat pada zaman Buddha dikatakan sebagai Jalak Buda. Ada beberapa dapur yang juga dibuat pasa masa Buda seperti dapur Betok dan dapur Brojol. Salah satu ciri khas Jalak Buda adalah adanya metuk di bawah ganjanya. Dengan adanya metuk ini, ukiran yang dipasang pada keris Jalak Buda tidak memerlukan mendak.
Menurut Panembahan Hadiwidjaja Sang Maharsitama, pakar perkerisan dari karaton Surakarta , Istilah keris berasal dari bahasa Sangsekerta atau Sanskrit yaitu kris yang berarti menghunus. Sedangkan menurut etimologi jawa, Keris berasal dari dua kata yaitu Sinengker yang memiliki arti rahasia atau disembunyikan dan kata Aris yang berarti bijaksana,hati-hati. Dengan demikian Kata Keris mengandung maksud agar manusia yang memiliki atau memegang keris mempunyai sikap yang rendah hati, tidak suka menonjolkan diri, tidak sombong, yang dikiaskan dengan bahasa sinengker dan juga mempunyai sikap yang bijaksana, hati-hati, tidak sembrono atau grusa-grusu.
Keris juga mempunyai nama lain, seperti dhuwung dari dua kata udhu dan kuwung. Udhu berarti sumbangan atau kontribusi, sedang kuwung berarti kehormatan atau kewibawaan. Dari istilah ini diharapkan keris memberikan kontribusi meningkatkan derajat, wibawa dan kehormatan bagi pemiliknya.
Selain dhuwung, ada lagi nama lain dari keris yaitu curiga. Kata Curiga berasal dari dua kata yaitu Curi dan Raga, dimana curi berarti tajam dan raga berarti fisik atau benda.  Dengan demikian keris memiliki arti benda tajam atau senjata tajam, yang diartikan agar si pemilik keris itu mendapatkan pikiran tajam, cerdas atau premana. Ada juga nama lian dari keris yaitu kadga yang artinya senjata tajam juga. Ada yang menyebutkan siyunge Bathara Kala (taring Batara Kala).  Disebut demikian karena menurut mitos, keris pada awalnya diciptakan dari siyung atau gigi taringnya Bathara(dewa) Kala, yaitu dewa raksasa pemakan manusia (kala artinya waktu, bisa diartikan dengan takdir).
Keris juga termasuk ke dalam kelompok tosan aji,yaitu kelompok senjata besi atau logam (tosan) yang aji (berharga). Berharga disini karena keris bukan senjata tajam biasa melainkan senjata yang dihormati, diagungkan, yang tidak boleh sembarangan digunakan