Ilmu Hikmah adalah suci yang punya syarat-syarat
tertentu. Tidak benar apabila ada yang mengatakan bahwa ilmu hikmah adalah
tanpa pantangan atau tanpa syarat. Ilmu Hikmah bukan ilmu sembarangan dan tidak
mungkin bisa dikuasai oleh orang-orang yang berniat jahat. Oleh karena itu,
sebelum Anda mempelajari ilmu hikmah, syarat mempelajari ilmu
hikmah yang kami jelaskan di bawah ini.
1. Beragama Islam
Karena Ilmu Hikmah adalah ilmu spiritual yang
berkembang di kalangan umat islam, maka amalan-amalan Ilmu Hikmah hanya cocok
untuk orang yang beragama Islam. Seseorang disebut beragama Islam adalah orang
yang meyakini rukun iman dan rukun islam. Rukun iman termasuk adalah Iman
kepada Allah, Iman kepada malaikat-malaikat Allah, Iman kepada kitab-kitab
Allah, Iman kepada rasul-rasul Allah, Iman kepada hari kiamat dan Iman kepada
Qada dan Qadar. Sedangkan rukun islam adalah mengucapkan kalimat Syahadat
dengan penuh keyakinan, menjalankan salat lima waktu, berpuasa di bulan
Ramadhan, membayar zakat dan menunaikan ibadah haji bagi yang mampu.
Apakah itu artinya orang yang beragama selain islam
tidak bisa belajar ilmu spiritual dari kami? Tentu saja masih bisa. Karena kami
(Asosiasi Parapsikologi Nusantara) punya banyak program kursus ilmu gaib, ilmu
spiritual atau ilmu supranatural yang universal dan tidak terikat agama. Anda
bisa kunjungi situs www.parapsikologi.com untuk menemukan program kursus yang
sesuai dengan diri Anda.
Ilmu Hikmah hanyalah salah satu jalan spiritual.
Sedangkan ilmu spiritual atau ilmu batin itu banyak jenisnya. Pada setiap agama
atau setiap kebudayaan selalu ada ajaran spiritual. Meskipun bentuk dari ajaran
spiritual bisa berbeda-beda (sesuai pengaruh agama dan kebudayaan), tapi inti
ajarannya selalu sama, yaitu soal kebijaksanaan dan cara menyelesaikan problematika
kehidupan dengan cara-cara spiritual. Khusus di situs www.ilmuhikmah.com ini
kami hanya membahas ajaran Ilmu Hikmah yang cocok untuk pemeluk agama islam.
2. Mendapat Restu Dari Guru
Anda bisa saja belajar ilmu hikmah dari berbagai
buku yang beredar bebas di toko buku, atau dari artikel-artikel di internet
yang tidak jelas siapa pembuatnya. Namun perlu diingat, bahwa belajar ilmu
hikmah tidak sama seperti belajar ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah.
Dalam ilmu hikmah diperlukan keberkahan agar amalan ilmu bermanfaat. Dan
keberkahan itu bisa Anda dapatkan dari bimbingan seorang guru yang
berpengalaman.
Oleh karena itu, dalam ilmu hikmah ada tradisi
yang disebut ijazah atau baiat. Yang tujuannya adalah peresmian bahwa seorang
murid mendapat restu dari seorang guru untuk mulai mengamalkan suatu ilmu
hikmah. Proses ijazah ini bisa macam-macam caranya sesuai dengan kebijaksanaan
guru masing-masing. Ijazah atau proses penurunan ilmu bisa secara langsung
maupun jarak jauh.
Proses pengijazahan itu penting sebab di situ
terletak keberkahan dari ilmu hikmah yang hendak kita amalkan. Banyak sudah
contoh nyata dalam kehidupan, dimana orang belajar ilmu hikmah secara mandiri
tanpa bimbingan guru, yang didapatkannya adalah kesia-siaan, bahkan malah ada
yang tersesat mengikuti ajaran yang tidak benar. Sebagai pelengkap, Anda juga
bisa membaca artikel berjudul Peran Guru Dalam Mempelajari Ilmu Hikmah.
3. Bersedia Mengikuti Ajaran Guru
Ketika Anda sudah memutuskan untuk belajar ilmu
hikmah kepada seorang guru, maka ikutilah ajaran guru itu dengan penuh tawaduk.
Dengan catatan, selama ajaran guru itu tidak bertentangan dengan syariat agama.
Dalam belajar ilmu hikmah, ada ungkapan “samikna wa atokna” yang artinya kami
mendengarkan dan kemudian kami menaati. Tidak wajar apabila dalam belajar ilmu
hikmah ada perdebatan atau adu argumentasi.
Sadarilah bahwa ilmu hikmah adalah ilmu batin,
berbeda dengan ilmu sains yang sesuai logika. Oleh karena itu, ajaran ilmu
hikmah kadang sulit dipikir secara logis. Dalam belajar ilmu hikmah, dinilai
tidak sopan apabila seorang murid bertanya macam-macam mengenai ajaran yang
diberikan. Sikap murid ilmu hikmah yang baik adalah melakukan dengan sepenuh
hati ajaran-ajaran guru dengan istiqomah.
4. Istiqomah Dalam Mengamalkan Ilmu
Hikmah
Istiqomah adalah melakukan suatu amalan secara
kontinyu dengan disertai keimanan dan kesungguhan terhadap apa yang
diamalkannya. Beberapa ulama ahli hikmah berpendapat bahwa "istiqomah
lebih baik dari 1000 karomah". Hal ini karena Istiqomah adalah pohonnya,
sedangkan karomah hanyalah salah satu buah daripada istiqomah.
Mengamalkan satu ilmu hikmah dengan istiqomah
adalah lebih baik daripada punya banyak ilmu hikmah tapi tidak istiqomah, atau
bahkan tidak pernah diamalkan sama sekali. Jangan kagum dengan orang yang
seolah-olah mengerti banyak ilmu hikmah, namun dalam kesehariannya dia jarang
duduk berdzikir untuk mengamalkan amalan ilmu hikmahnya. Namun kagumlah dengan
orang yang tidak banyak bicara, namun punya amalan yang istiqomah walaupun
hanya sedikit.
Tidak ada ilmu hikmah yang lebih hebat dari ilmu
hikmah yang lainnya, bila tidak diamalkan dengan istiqomah. Jangan terlena
untuk “mengoleksi” pengetahuan tentang ilmu hikmah, karena ilmu hikmah bukan
sekedar pengetahuan. Ilmu Hikmah adalah pengetahuan yang disertai amal
perbuatan yang nyata. Dan amal yang terbaik adalah amal yang istiqomah.
Jangan pula mudah untuk berganti-ganti amalan
hanya karena Anda merasa suatu amalan ilmu hikmah tidak bermanfaat bagi Anda.
Karena kadang, Allah menguji kesabaran Anda sebelum memberikan keberkahan yang
besar. Insya Allah, apabila Anda bersedia istiqomah dengan amalan ilmu hikmah
yang Anda tekuni, akan banyak manfaat yang bisa Anda petik.
5. Menjaga Diri Dari Makan Yang Haram
Seseorang yang ingin memiliki kekuatan batin yang
bersumber dari energi ilahiah (ilmu hikmah) harus memperhatikan makanannya.
Karena makanan yang haram akan mengotori hati nurani. Makanan yang haram akan
membentuk jiwa yang kasar dan tidak religius. Makanan yang haram disini bukan
hanya dilihat dari jenisnya saja, misal babi, miras, bangkai dan sebagainya,
tapi juga dari cara untuk mendapatkan makanan tersebut.
Efek dari makanan yang haram ini menyebabkan jiwa
sulit untuk diajak menyatu dengan hal-hal yang positif, seperti: dibuat zikir
tidak khusuk, berdo'a tidak sungguh-sungguh, sulit istiqomah dan hati tidak
tawakal kepada Allah.
Daging yang tumbuh dari makanan yang haram selalu
menuntut untuk diberi makanan yang haram pula. Seseorang yang sudah terjebak
dalam lingkaran ini sulit untuk melepaskannya, sehingga secara tidak langsung
menjadikan hijab atau penghalang seseorang memperoleh getaran/ cahaya ilahiah.
Disebutkan, setitik makanan yang haram memberikan
efek terhadap kejernihan hati. Ibarat setitik tinta yang jatuh diatas kertas
putih, semakin banyak unsur makanan haram yang masuk, ibarat kertas putih yang
banyak ternoda tinta. Sedikit demi sedikit akan hitamlah semuanya.
Hati yang gelap menutupi hati nurani, menyebabkan
tidak peka terhadap nilai-nilai kehidupan yang mulia. Seperti kaca yang kotor
oleh debu-debu, sulitlah cahaya menembus nya. Tapi dengan zikir dan menjaga
makanan haram, hati menjadi bersih bercahaya.
Begitu halnya jika Anda menghendaki dijaga para
malaikat Allah, jangan kotori diri Anda dengan darah dan daging yang tumbuh
dari makanan yang haram. Inilah mengapa para ahli Ilmu batin sering menyarankan
seorang calon siswa yang ingin suatu ilmu agar memulai suatu pelajaran dengan
laku batin seperti puasa.
Konon, puasa itu bertujuan menyucikan darah dan
daging yang timbul dari makanan yang haram. Dengan kondisi badan yang bersih,
diharapkan ilmu batin lebih mampu bersenyawa dengan jiwa dan raga. Bahkan ada
suatu keyakinan bahwa puasa tidak terkait dengan suatu ilmu. Fungsinya puasa
hanya untuk mempersiapkan tubuh agar bersih dan siap menerima ilmu yang sedang
dijalani.
6. Menghindari Dosa Besar
Menghindari dosa-dosa besar adalah salah satu
upaya membersihkan rohani. Di mana secara umum kemudian dikenal pantangan
Ma-Lima yaitu : Main, Madon, Minum, Maling dan Madat, yang artinya berjudi,
zina, mabuk-mabukkan, mencuri dan penyalahgunaan narkotika.
Walau lima hal ini belum mencakup keseluruhan
dosa besar tetapi kelimanya diyakini sebagai biang dari segala dosa. Judi
umpamanya, seseorang yang sudah terlilit judi andaikan ia seorang pemimpin maka
cenderung korup dan hanya kecil kejujuran yang masih tersisa padanya.
Begitu halnya dengan perbuatan seperti zina,
mabuk-mabukkan, mencuri, dan menyalahgunakan narkotika diyakini sebagai hal
yang mampu menghancurkan kehidupan manusia. Karena itu orang yang ingin
memiliki kekuatan batin yang hakiki hendaknya mampu menjaga diri dari lima
perkara ini.
Seseorang yang sudah "Kecanduan"
satu diantara yang lima perkara ini bukan hanya rendah dipandang Allah, di
pandangan manusia biasa pun ikut rendah. Nurani yang kotor menyebabkan
do'a-do'a tidak terkabul.
Beberapa langkah apabila dilakukan secara
konsekuen, Insya Allah menjadikan manusia "Sakti" Dunia Akhirat.
Getaran batinnya kuat, ibarat voltage pada lampu yang selalu di tambah
getarannya sementara kaca yang melingkari lampu itu pun selalu dibersihkan
melalui laku-laku yang positif.
Hikmah suatu amalan (bacaan) biasanya terkait
dengan perilaku manusianya. Dalam haditsnya Turmudzi meriwayatkan,
"Seseorang yang mengucapkan Laa ilaha illallah dengan memurnikan niat,
pasti dibukakan untuknya pintu-pintu langit, sampai ucapannya itu dibawa ke
Arsy selagi dosa-dosa besar dijauhi".
Hadits ini bisa ditafsirkan bahwa suatu amalan
harus diimbangi dengan pengamalan. Adanya keselarasan antara ucapan mulut dengan
tindakan menyebabkan orang itu mencapai hakikatnya
"Kekuatan-Kesaktian".
7. Ikhlas & Tidak Tamak
Seseorang yang memiliki hati ikhlas, tidak rakus
dengan dunia lebih memiliki kepekaan dalam menyerap pelajaran ilmu hikmah.
Secara logika, orang yang berhati ikhlas lebih mudah memusatkan konsentrasinya
pada satu titik tujuan, yaitu persoalan yang dihadapinya.
Disebutkan bahwa orang yang berhati ikhlas
diperkenankan Allah SWT untuk : Berbicara, Melihat, Berpikir dan Mendengar
bersama dengan Lidah, Mata, Hati dan Telinga Allah (baca hadits Thabrani).
Orang yang memiliki sifat ikhlas dan tidak tamak
amat disukai manusia. Rasulullah SAW pernah didatangi seorang sahabat yang
ingin meminta resep agar disukai Allah SWT dan disukai sesama manusia.
Rasulullah bersabda : "Jangan rakus dengan Harta Dunia, tentu Allah akan
menyenangimu, dan jangan tamak dengan hak orang lain, tentu banyak orang yang
menyenangimu ".
Hadits ini jika dikaitkan dengan kehidupan para
spiritualis mereka memiliki power pertama kali disebabkan karena karismanya,
jika seseorang itu banyak disukai sesamanya maka apa yang diucapkan pun akan
dipercaya. Sebaliknya walau orang itu berilmu tinggi tetapi kalau tidak disukai
sesamanya maka apa yang diucapkannya pun tidak akan ada yang menggubris.
Sumber : http://www.ilmuhikmah.com/